ISTANBUL – Beberapa penumpang armada bantuan kemanusiaan mengingat detik-detik awal serangan Israel di Jalur Gaza. “Israel melepaskan tembakan sebelum naik kapal,” kenang beberapa aktivis.
Pesawat yang ditumpangi Nilufer Cetin akhirnya mendarat di Bandara Istanbul, Turki. Dia berjalan sambil menggendong bayinya yang berusia satu tahun. Aktivis asal Turki ini bersyukur karena berhasil lolos dari maut.
Dia merasa beruntung karena tidak meregang nyawa di atas kapal Mavi Marmara. Kapal yang ditumpangi Cetin merupakan salah satu target serangan Israel, Senin 31 Mei. Cetin dan penumpang lain tidak menduga kapalnya bakal diserang secara brutal. “Badan Mavi Marmara bergelimang darah,” kenang Cetin yang bersuamikan teknisi Mavi Maramara.
Ketika serangan terjadi, Cetin dan bayinya tengah berada dalam kamar mandi kabin. Kemudian dia mendengar bunyi tembakan keras.“Saya kira itu tembakan peringatan,” katanya. Cetin tetap bertahan dalam kamar mandi sambil menanti perkembangan selanjutnya.Dia heran karena Mavi Marmara tidak berhenti. “Kapal terus berjalan.
Tembakan peringatan berubah menjadi serangan,” papar si ibu muda. Cetin berteriak panik. Dia menggendong bayinya sambil menangis.“ Saya mencium bau asap. Baunya seperti asap bom,” lanjutnya. Ya, militer Israel melemparkan bom-bom gas ke arah kapal.
Pada saat bersamaan, beberapa helikopter terbang rendah di atas kapal. Satu persatu personel militer Israel turun ke kapal. Cetin bergabung dengan ratusan penumpang lain. Dia mendengar teriakan personel militer. Cetin hanya bisa pasrah.Dia sudah tak punya daya untuk menggertak, apalagi berjibaku dengan militer Israel. Sedikitnya 300 aktivis di atas kapal Mavi Marmara ditawan.
Sementara, Cetin dibebaskan atas pertimbangan kesehatan si bayi. Sebelumnya Cetin sudah digiring personel militer. Cetin beserta ratusan aktivis diinterogasi pejabat Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Luar Negeri Israel.“Tidak ada satu pun personel militer yang menginterogasi kami,” paparnya.
Cetin tidak mengungkap substansi interogasi. Dia hanya menyayangkan karena Israel mengambil semua barang yang dibawa aktivis. “Termasuk juga kamera, telepon genggam, hingga pakaian,” kenangnya.Cetin adalah aktivis pertama yang dipulangkan ke negeri asal.“Karena saya memiliki bayi.Itu alasannya,”sahut Cetin.Israel membebaskan Cetin setelah dia mengingatkan efek negatif penjara terhadap pertumbuhan si bayi. Selain Cetin, kapten kapal Kutlu Tiryaki termasuk dalam daftar korban selamat.
Dia bukan kapten kapal Mavi Marmara.Tiryaki menakhodai kapal lain dalam konvoi Freedom Frotilla. Tiryaki mengenang kepedihan di atas kapal. Dia ingat perlakuan militer Israel terhadap aktivis. Segenap aktivis di atas kapalnya diperiksa.
Militer menduga aktivis membawa senjata.Tiryaki dan kawan-kawan mesti berkalikali meyakinkan militer bahwa mereka sungguh tidak bersenjata. “Kami hanya ingin mengulurkan bantuan kemanusiaan bukan untuk berperang,” kata Tiryaki kepada militer yang berada di atas kapal.
Tiryaki dan aktivis di atas Mavi Marmara sempat melakukan kontak. Aktivis mengisahkan bagaimana warga sipil ditembaki secara brutal.“ Militer merusak pintu dan memecahkan jendela,”sahut Tiryaki.
Selain Cetin dan Tiryaki, ada enam aktivis Yunani yang sudah dipulangkan. Dua di antara enam aktivis, Dimitris Gielalis dan Michalis Grigoropoulos, sempat menuturkan penyerangan Israel tiga hari lalu.“Kami melihat militer menaiki kapal. Mereka menembaki kami dengan peluru karet,”kenang Dimitris.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar