JAKARTA, KOMPAS.com — Para pembuat kebijakan (policy maker) di negeri ini tengah memasang kewaspadaan penuh terhadap apa yang terjadi di benua biru Eropa. Capital outflow yang terjadi di berbagai instrumen keuangan akibat ketidakpastian kondisi Eropa beberapa minggu terakhir sempat mengempaskan rupiah dan mengguncang pasar saham.
Pejabat Sementara Gubernur BI Darmin Nasution mengakui, alarm peringatan (alert) meruyaknya krisis sempat menyala. Meski saat ini sudah mulai mereda lagi. "(Warna alert) tadinya sempat mendekati kuning alert satu, pekan lalu. Namun, sekarang sudah hijau lagi," kata Darmin di sela-sela rapat kerja dengan Komisi Keuangan DPR RI di Jakarta, Rabu (2/6/2010).
Bank sentral memiliki beberapa indikator kondisi apa yang disebut normal, pra-krisis, dan krisis. Darmin enggan memberi rincian apa saja indikator yang digunakan oleh BI dalam menilai suatu situasi. Namun, sebagai gambaran kondisi saat ini, salah satunya adalah kondisi likuiditas di pasar uang antarbank (PUAB). Meski bunga PUAB mulai merangkak naik, tetapi ia menilai kondisi likuiditas masih aman.
"Bunga PUAB masih oke. Di level 6,2 persen sekian, masih di bawah BI Rate. Selama masih di dekat BI Rate, jangan dulu menganggap itu sudah tidak normal," tegasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar