Suhendra - detikFinance
Jakarta - Sejumlah industri di wilayah Jawa bagian barat yang mengalami kenaikan harga gas sebesar 15% mulai 1 April 2010 dipastikan akan mengerem rencana ekspansinya.
Pengenaan biaya tambahan surcharge sebesar 300% bagi industri yang melebihi kuota kontrak penggunaan gas turut mendorong terbatasnya ekspansi.
"Ekspansi tidak tertunda tapi dilambatkan, investasi tetap jalan, karena 3 tahun ke depan," kata Ketua Umum Asosiasi Industri Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Ahmad Widjaja di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (30/3/2010).
Dikatakanya dari sisi kacamata industri keramik, kenaikan harga gas 15% merupakan keputusan berat dan tidak bisa dihindari. Kenaikan harga gas menurutnya sebagian akan dibebankan kepada harga jual keramik atau konsumen pada tahun ini.
"Apa daya terpaksa mesti kita terima," ucapnya.
Sementara itu Ketua Umum Gabungan Asosiasi Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adi Lukman mengatakan permintaan ekspansi industri makanan dan minuman pada tahun ini setidaknya mencapai 3 perusahaan di Jawa Barat. Adanya kenaikan harga gas dan terbatasnya pasokan gas dipastikan akan mengganggu rencana ekspansi.
"Dari anggota yang melaporkan dari 3 anggota untuk penambahan gas," katanya.
Seperti diketahui beberapa industri di Jawa bagian barat yaitu Banten, Bekasi, Karawang, Jakarta, Bogor, Banten, yang mencakup industri tekstil, logam baja, keramik, kaca lembar, sinstetik fiber, dan makanan minuman terkena dampak kenaikan harga gas sebesar 15% oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).
Kenaikan ini karena PGN mengalami kekurangan pasokan gas dan mendapatkan sumber gas baru dengan harga yang lebih mahal. Pasokan gas dari PGN untuk total industri yang berada di Jawa Barat dan Banten mencapai 329 mmscfd, padahal gas yang dibutuhkan pada tahun ini mencapai 460-480 mmscfd.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar