JAKARTA (SI) – Bank Indonesia (BI) memprediksi nilai tukar rupiah terus menguat bahkan berpeluang menembus level Rp8.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
”Rupiah berpeluang menguat dalam jangka waktu cukup lama,” ungkap Direktur Direktorat Riset dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo di Jakarta kemarin. Perry menjelaskan,ada tiga hal yang menopang penguatan rupiah. Pertama, kebijakan bank-bank sentral di Eropa dan dana Moneter Internasional (IMF) yang memberikan pinjaman sebesar 22 miliar euro untuk menyelamatkan perekonomian Yunani.
Hal ini membuat risk appetiteIndonesia semakin baik.Kedua,premi risiko bagus dan surplus neraca pembayaran yang cukup besar serta kondisi perekonomian global yang membaik. Adapun faktor ketiga, terkait dengan operasi moneter dan kondisi likuiditas dalam negeri. Berdasarkan review selama periode 22–26 Maret 2010, BI melihat secara keseluruhan pasokan likuiditas lebih tinggi dan jatuh tempo instrumen moneter BI sebesar Rp92,5 triliun.
Selain itu,ada kebutuhan likuiditas yang terkait permintaan, aliran masuk uang kuartal dan faktor terkait giro bank dan swasta sebesar Rp4,7 triliun. ”Selama minggu lalu ada potensi likuid sebesar Rp100 triliun,” tegasnya. Direktur Direktorat Pengelolaan Devisa BI Rasmo Samiun menambahkan, rupiah berpeluang berpeluang menembus level di bawah Rp9.000 per dolar AS, namun agak sulit melampaui level Rp8.800-8.700 per dolar AS.”Level Rp8.800–8.700 per dolar AS sudah cukup kuat.
Untuk menembus level itu cukup susah,”katanya. Dia menilai, penguatan rupiah yang kini berada di kisaran Rp9.000 per dolar AS sudah cukup bagus. Namun, perlu dipertimbangkan dampaknya pada impor barang modal atau barang konsumsi yang dikhawatirkan membuat neraca pembayaran (balance of payment/BOP) tidak kondusif. ”Kini harus dilihat apakah penguatan tersebut berdampak pada penguatan impor, ”pungkasnya. Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah kemarin menguat di level Rp9.065 dari posisi sebelumnya Rp9.090 per dolar AS.
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, rupiah menguat karena didukung oleh kondisi global maupun fundamental dalam negeri. ”Kondisi rupiah ditopang oleh recovery global dan didukung oleh fundamental ekonomi regional dan domestik. Sebaliknya, perpaduan itu membuat dolar kian melemah, ”jelasnya. Purbaya melanjutkan, dalam kondisi krisis, investor cenderung memegang dolar AS karena merupakan mata uang paling aman.
Sebaliknya, dengan pulihnya ekonomi global, maka investor cenderung melepas dolar. Sementara di sisi domestik,pertumbuhan ekonomi masih sesuai target semula. Dia menilai, ada kemungkinan rupiah menembus level Rp8.000 per dolar AS,namun dalam tempo yang singkat, sekitar satu-dua bulan. Menurut Purbaya, nilai wajar rupiah (fair value) adalah di level Rp9.000 - 9.500 per dolar AS. (didik purwanto)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar