JAKARTA (SI) – Perusahaan asal Malaysia Top Glove Corporation Bhd yang memproduksi sarung tangan karet bermerek Top Glove akan membangun pabrik di Sumatera Utara.
”Mereka sudah sounding ke BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) akan investasi di sini,” ujar Ketua Umum Asosiasi Sarung Tangan Karet, Achmad Safiun di Jakarta,kemarin. Menurut dia, Top Glove akan memproduksi sarung tangan sebanyak 1–2 miliar piece per tahun. ”Setiap line produksi untuk investasi di sektor sarung tangan karet per line produksi mencapai USD0,5 juta dengan produksi 1–2 juta piece sarung tangan karet,” ujarnya.
Safiun menuturkan, saat ini harga jual sarung tangan karet sedang mengalami kenaikan. ”Harganya sekarang sedang naik, jadi kenaikan harga gas (15%) tidak terasa,”ungkapnya. Menurut dia, kenaikan harga sarung tangan di pasar internasional beranjak naik seiring kenaikan harga karet dalam empat tahun belakangan. Harga karet naik dari USD4 sen per kg menjadi USD3 per kg.
Pada 2009, nilai ekspor karet dari Indonesia, katanya, mencapai USD6,6 miliar. Produksi sarung tangan karet dalam negeri,lanjutnya,mencapai 12 miliar piece per tahun. Sementara kekurangan pasokan gas empat tahun terakhir,dinilai mengganggu produksi sarung tangan. Secara bertahap 13 produsen sarung tangan karet beralih menggunakan cangkang kelapa. Saat ini,menurut Safiun,hanya satu pabrik di Sumatera Utara dan Jawa Barat yang menggunakan energi gas.
”Saya sudah sarankan, kalau mau masuk Indonesia jangan gunakan bahan bakar gas alam. Namun, cangkang kelapa sawit yang banyak ditemukan di Sumatera,” paparnya. Safiun mengatakan semua pabrik sarung tangan di Indonesia akan mengalami penutupan jika, realisasi pemangkasan 20% gas oleh PGN benar terjadi.Menurutnya, ini terjadi karena utilisasi produksi akan mengalami penurunan akibat kurangnya pasokan gas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar