Penulis : Asep Thoha
JAKARTA-MI: Industri nasional mendesak pemerintah untuk berbenah diri dalam menghadapi penerapan Asean-China Free Trade Area (AC-FTA). Kelambanan pemerintah untuk menyiapkan diri akan berakibat fatal bagi industri dan ekonomi nasional.
Hal ini diungkapkan Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ernovian saat dihubungi, Sabtu (2/1).
Menurutnya, AC-FTA merupakan keputusan negara. Maka negaralah yang dipertaruhkan di dalamnya. Bukan hanya sektor industri atau usaha tertentu yang harus siap. Akan tetapi semua elemen negara termasuk pemerintah.
"Ini kan kesepakatan negara. Jadi bukan hanya industri yang harus bersiap, tapi juga pemerintahnya," ujar Ernovian.
Ernovian mengatakan, selama ini industri nasional termasuk tekstil tidak meminta banyak dari pemerintah. Industri juga tidak menolak adanya penerapan AC-FTA. Akan tetapi, pemerintah harus mampu menciptakan keadilan dalam persiangan terbuka yang dibungkus dalam perjanjian perdagangan bebas.
Lebih jauh, Ernovian mengingatkan selama ini industri nasional memiliki daya saing tinggi. Akan tetapi, faktor di luar industrilah yang menyebabkan industri kalah bersaing. Faktor-faktor tersebut seperti kurangnya pembiayaan bank, jika pun ada bunganya sangat tinggi. Selain itu, faktor pajak dan biaya-biaya perdagangan seperti ongkos pelabuhan.
"Belum lagi minimnya infrastruktur dan kurangnya pasokan energi. Hal-hal inilah yang membuat daya saing industri nasional rendah," tutur Ernovian.
Untuk itu, Ernovian mendesak agar perbaikan infrastruktur, pembenahan pasar domestik, penguatan pasokan energi, dan penunjang lain harus diciptakan sebelum persaingan terbuka digelar. Dia mencontohkan THC (biaya penanganan pelabuhan) di Indonesia masih paling tinggi di kawasan. Begitu juga suku bunga bank. Jika kondisi ini tidak bisa diubah, bukan tidak mungkin industri nasional akan kolaps.
Jika hal ini terjadi, Ernovian mengingatkan dampaknya sangat besar bagi perekonomian. Indonesia akan kehilangan sektor penghasil lapangan kerja terbesar. Negara akan mengalami pengurangan pendapatan pajak, penambahan pengangguran, dan menurunnya perekonomian secara keseluruhan.
Dia menyayangkan lambannya kerja pemerintah. Padahal AC-FTA sudah di depan mata. Hal ini terlihat dari belum terbitnya aturan terkait AC-FTA.
"Kita hanya butuh dukungan pemerintah, bukan meminta uang atau apa. Tapi kalau pemerintahpun belum siap, habis lah kita," pungkas Ernovian. (Toh/OL-7)
Minggu, 03 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar