Minggu, 03 Januari 2010
Produksi Minyak 2009 tidak Capai Target
JAKARTA-MI: Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) mengungkapkan, produksi minyak sepanjang 2009 hanya mencapai 949.000 barel per hari atau 99 persen dari target APBN Perubahan 2009 sebesar 960.000 barel per hari.
Kepala BP Migas R Priyono dalam jumpa pers akhir tahun di Jakarta, Rabu (30/12), mengatakan, ketidakcapaian target produksi minyak tersebut terutama disebabkan penghentian operasi di luar rencana dan kendala pengembangan lapangan baru.
"Kalau tanpa adanya kedua gangguan tersebut, maka kontraktor mampu memproduksikan hingga 994.000 barel per hari," katanya.
Ia merinci, jika tanpa kendala pengembangan lapangan baru, maka produksi minyak pada 2009 bisa mencapai 972.000 barel per hari, sedangkan jika tanpa penghentian operasi sementara akan mampu mencapai 971.000 barel per hari.
Priyono mencontohkan, keterlambatan produksi Lapangan Banyuurip, Jatim yang membuat target produksi minyak tidak tercapai.
"Meski, keterlambatan ini di luar kemampuan kami seperti hambatan kilang dan izin pipa," katanya.
Menurut dia, pada 2010, BP Migas akan lebih mengawasi kegiatan pemeliharaan agar lapangan tidak sering kali mengalami gangguan operasi.
Pada 2009, gangguan operasi di luar rencana mencapai 197 kejadian dengan kehilangan produksi minyak mencapai 22.000 barel per hari.
"Penyebab gangguan terbanyak adalah terjadi pada fasilitas produksi yang mencapai 134 kejadian, listrik 30 kejadian, ikilm 23 kejadian, dan pencurian empat kejadian," katanya.
Priyono menambahkan, produksi gas bumi sepanjang 2009 mencapai 7.960 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 106 persen di atas target APBN sebesar 7.526 MMSCFD.
"Secara keseluruhan, produksi minyak dan gas pada 2009 mencapai 2,374 juta barel setara minyak," katanya.
Ia mengatakan, sepanjang 2009, sebanyak 10 kontraktor di antaranya PT Pertamina EP, Kodeco, dan PetroChina mengalami kenaikan produksi. Sedang sebanyak 14 kontraktor mampu melebihi target APBN dengan volume 8.315 barel per hari.
Dari sisi penerimaan negara, menurut Priyono, tercapai US$19,7 miliar atau di atas target APBN US$18,8 miliar.
"Nilai pengadaan barang dan jasa yang melalui persetujuan BP Migas mencapai US$3,87 miliar yang 57 persen merupakan komponen lokal," katanya.
Ia melanjutkan, sejak April 2009, BP Migas mengharuskan penggunaan bank BUMN dalam pembayaran transaksinya.
"Di tahun pertama ini, nilai komitmen penggunaan bank BUMN mencapai US$3,49 miliar," katanya.
Pada 2009, kegiatan pemboran mencakup 73 sumur yang 50 di antaranya telah dites dan ditemukan 33 sumur atau rasio keberhasilan mencapai 46 persen atau lebih tinggi dibandingkan dunia yang hanya 20-30 persen.
Sedang, pemboran sumur ekploitasi mencapai 969 sumur atau 16,7 persen lebih tinggi dibandingkan 2008 yang hanya 831 sumur.
Untuk realisasi investasi, Priyono mengatakan mencapai US$10,87 miliar atau lebih rendah 12 persen dibandingkan 2008 yang US$12,096 miliar.
"Penurunan investasi ini di antaranya akibat menurunnya komitmen, efisisensi pengadaan, penundaan konstruksi karena belum ada persetujuan, dan penundaan pemboran," katanya.
"Sedang, realisasi cost recovery tahun 2009 mencapai US$9,9 miliar atau 90 persen dibandingkan target APBN US$11,05 miliar," katanya. (Ant/OL-7)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar