JAKARTA (SI)–Rasio utang pemerintah tahun 2009 turun menjadi 30%,melampaui target yang ditetapkan 31,8%.Rasio utang Indonesia terus turun, dari tahun 2000 yang mencapai 89%.
“Keberhasilan pemerintah menurunkan rasio utang pada 2009 menjadi 30%, tercapai seiring kenaikan nilai tukar rupiah,”kata Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Lukita Dinarsyah Tuwo di Jakarta baru-baru ini. Menurut dia,utang pemerintah hingga akhir 2009 sebesar USD67,86 miliar atau setara Rp1.602,86 triliun, mengalami penurunan dibandingkan jumlah utang per akhir 2008 sebesar Rp1.636,74 triliun atau dalam denominasi dolar mencapai USD149,47 miliar. Rasio utang 30% itu merupakan kombinasi dari 18% surat utang negara (SUN) dan pinjaman luar negeri 12%.
“Utang Indonesia jika dikonversi ke dalam rupiah nilainya menurun seiring dengan nilai tukar rupiah yang menguat, dari Rp10.950 per dolar AS pada 2008, menjadi Rp9.545 per dolar AS pada akhir 2009. Utang itu terdiri dari pinjaman USD65,65 miliar dan surat berharga USD102,2 miliar,” paparnya. Data Ditjen Pengelolaan Utang Depkeu menunjukkan, hingga tahun 2009, terjadi kenaikan dalam penerbitan surat uang pemerintah pusat dari USD82,78 miliar pada akhir 2008 menjadi USD102,2 miliar.
Sementara itu, rincian pinjaman yang diperoleh pemerintah pusat hingga akhir Oktober 2009 adalah utang bilateral USD42,6 miliar, utang multilateral USD20,78 miliar,dan utang komersial USD2,2 miliar. Secara jumlah,utang Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Namun secara rasio terhadap produk domestik bruto (PDB), utang terus menurun. Tercatat, utang pemerintah pusat sejak tahun 2005 berikut rasio utang terhadap PDB menunjukkan perkembangan positif. Secara berturut-turut, utang pemerintah mengalami penurunan. Pada 2005 utang pemerintah tercatat sebesar Rp1.313,29 triliun (47%), tahun 2006 Rp1.302,16 triliun (39%), tahun 2007 Rp1.389,41 triliun (35%) dan pada 2008 Rp1.636,74 triliun (33%).
Namun,menurut Ketua Koalisi Anti Utang Danny Setiawan,penurunan rasio utang menjadi 30% sama sekali bukan kabar baik.Jumlah utang pemerintah Indonesia, tegas dia,justru bertambah karena penarikan utang baru. Pada 2010 saja, kata dia, utang sudah mencapai Rp233 triliun. Risiko utang terhadap perekonomian pun menurut dia semakin besar.Dia mencontohkan besarnya jumlah pembayaran utang jatuh tempo tahun ini,yang mencapai Rp130 triliun. “Artinya,tahun ini pemerintah semakin agresif melayani pihak asing untuk terus berutang.
Sementara subsidi buat rakyat dikurangi, untuk membayar utang.Dan ekonomi semakin terbuka bagi investor asing,”cetus Danny. Terkait dengan itu, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) Firmanzah mengatakan bahwa pemerintah perlu mendongkrak penerimaan melalui pajak dan sumber-sumber lainnya, seperti dividen dari badan usaha milik negara (BUMN). Kebutuhan pemerintah akan pendanaan, kata dia, selama ini memang masih belum bisa ditutupi oleh penerimaan pajak dan dividen BUMN. Hal itu terlihat dari pencapaian pajak 2009 yang lebih kecil dari ekspektasi awal.
Tercatat hingga akhir tahun 2009 penerimaan pajak hanya Rp623 triliun, atau 95,6% dari target yang dipatok dalam APBN-P 2009 sebesar Rp652,0 triliun. Dari angka tersebut, setoran pajak yang dihimpun oleh Ditjen Pajak diperkirakan hanya sebesar Rp549,9 triliun atau 95,2% dari target APBN-P 2009. (bernadette lilia nova)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar